Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Pernah Takut Mati Tapi Takutlah Mati Tanpa Persiapan

Ust. DR. Elfa Hendri M, MA
Kita selalu mengalami pergantian tahun baik tahun hijriyah maupun masehi. Dan jika kita jujur menganalisa, dalam islam tidak ada konsep ulang tahun, karena tahun tidak pernah berulang. Yang ada akan berganti terus. Namun sebagian muslim, tertipu tanpa disadari dengan konsep non islam. Oleh itu, Imam Al Ghazali menyatakan bahwa yang paling jauh di dunia ini adalah waktu yang berlalu. Jangankan 1 tahun yang lalu, 1 jam yang lalu, 1 detik yang lalu pun sampai hari kiamat, kita tidak akan bertemu lagi dengannya. Tetapi waktu yang akan datang begitu singkat.
Mari kita kembali menganalisa, bahwa pergantian tahun adalah hal biasa yang tanpa diperingati sekalipun, ia akan terus lewat. Namun yang perlu diperhatikan adalah dengan bergantinya tahun, bertambah pula usia seseorang di mata manusia, namun semakin berkurang di mata Allah. Sebab, semakin bertambah umur seseorang, maka semakin ia mendekati titik akhir.
Sebab itu, janganlah takut dengan kematian. Karena, ia pasti datang dan tidak ada seorangpun yang bisa menghindar dari kematian. Tapi, takutlah mati jika ia datang tiba-tiba sedangkan kita belum mempersiapkan apa-apa.
Jika kita masih bisa bernafas, maka ingatlah berarti Allah Ta�ala masih memberikan kita kesempatan untuk memperbanyak bekal. Allah Ta�ala memperingatkan hamba-hamba-Nya untuk mempersiapkan bekal untuk hari perhitungan,
????????? ????????? ??????????? ?????? ??? ???????? ???????????? (????????: 1)
�Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)�. (Al Anbiya�: 1)
??? ???????? ????????? ??????? ???????? ??????? ??????????? ?????? ???? ????????? ?????? ?????????? ??????? ????? ??????? ??????? ????? ??????????? (?????: 18)
�Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan�. (Al Hasyr: 18)
Ayat di atas, menyebutkan perintah bertaqwa kepada Allah (ittaqullaaha). Disebutkan dalam Tafsir ibnu Katsir bahwa taqwa sendiri diaplikasikan dalam dua hal, menepati aturan Allah dan menjauhkan diri dari laranganNya. Jadi, tidak bisa kita mengatakan �saya sudah shalat�, setelah itu berbuat maksiat kembali. Karena makna taqwa sendiri saling bersinergi, tidak dapat dipisahkan.
Apakah kita harus bertaqwa kepada Allah? Tentu. Karena kita adalah orang-orang yang beriman. Perintah bertaqwa dalam hal ini ditujukan bagi orang-orang yang beriman (Yaa ayyuha l-ladziina aamanu). Sedangkan orang yang belum beriman haruslah beriman terlebih dahulu untuk kemudian bertaqwa.
Penggalan kalimat selanjutnya mempunyai makna yang mendalam. Waltanzhur nafsun maa qaddamat lighadin. Dan hendaklah seseorang melihat apa yang telah ia perbuat (di masa lalu) untuk hari esok. Dalam Tafsir at-Thabary dijabarkan: dan hendaklah seseorang melihat apa yang telah diperbuatnya untuk hari Kiamat. Apakah kebajikan yang akan menyelamatkannya, atau kejahatan yang akan menjerumuskannya?
Kata-kata �ghad� sendiri dalam bahasa Arab berarti besok. Beberapa ahli ta�wil menyatakan dalam beberapa riwayat : Allah senantiasa mendekatkan hari kiamat hingga menjadikannya seakan terjadi besok, dan �besok� adalah hari kiamat.
Ada juga yang mengartikan �ghad� sesuai dengan makna aslinya, yakni besok. Hal ini bisa diartikan juga bahwa kita diperintahkan untuk selalu melakukan introspeksi dan perbaikan guna mencapai masa depan yang lebih baik. Melihat masa lalu, yakni untuk dijadikan pelajaran bagi masa depan. Atau juga menjadikan pelajaran masa lalu sebuah investasi besar untuk masa depan.
Dalam kitab Tafsir ibnu Katsiir, ayat ini disamakan dengan perkataan haasibuu anfusakum qabla an tuhaasabuu. Hisablah (introspeksi) diri kalian sebelum nanti kalian dihisab (di hari akhir).
(WattaquLlaah) Dan bertaqwalah kepada Allah. Dalam ayat ini, perintah bertaqwa disebutkan dua kali sebagai sebuah bentuk penekanan. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya ketaqwaan kita kepada Allah. Bahkan, perintah bertaqwa juga disebutkan pada setiap khutbah Jum�at.
InnaLaaha khabiirun bima ta�maluun. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Baik dan buruknya pekerjaan kita tidak lepas dari pengawasan Sang Khaliq.
Sekali lagi, ayat di atas menjelaskan bahwa persiapan yang paling baik untuk hari esok adalah ketakwaan. Kenapa harus takwa? Karena Allah Ta�ala menjawabnya dalam ayat berikut.
?????????????? ??????? ?????? ???????? ?????????? ??????????? ??? ??????? ???????????
�..Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal�. (Al Baqarah: 197)
Allah Suhbanahu wa Ta�ala telah menyediakan balasan kebaikan yang berlipat ganda. Dan balasan itu akan Allah berikan kepada hambaNya yang bertaqwa di dunia dan juga di akhirat. Diantaranya:
  1. Allah mengeluarkan hamba-Nya dari kesulitan
�Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar� (Ath Thalaq: 2)
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, �Artinya Allah akan menyelamatkannya dari setiap kesusahan di dunia dan akhirat.�. Rubai� bin Haitsam berkata, �Allah akan menjadikan jalan keluar untuknya dari segala sesuatu yang membuatnya merasa sempit.�
Sesungguhnya kesulitan hidup yang sedang kita hadapi sekarang, maka sebenarnya jalan keluarnya sangatlah mudah. Yakni masing-masing diri memperkuat ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta�ala, maka jalan keluar dari kesulitan hidup itu insya Allah akan segera terwujud.
  1. Allah memberikan rizki dari jalur yang tidak disangka-sangka
�..�Dan memberi rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya �..� (Ath Thalaq: 3)
Ibnu Mas�ud berkata, �Maksudnya memberi rezeki dari arah yang tidak diketahuinya dan tidak terbesit dalam pikiran sebelumnya�. Qatadah berkata, �Memberinya rezeki sekiranya ia tidak mengharap dan mengangankannya.�
  1. Allah Ta�ala akan mencukupkan kebutuhannya
�Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.� (Ath-Thalaq: 3)
Ibnul Qayyim Rahimahullahu berkata: Allah adalah yang mencukupi orang yang bertawakkal kepadanya dan yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang yang takut, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka Allah akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan, dan Allah akan memberi kepadanya segala macam kebutuhan yang bermanfa�at. [Taisirul Azizil Hamid]
Dan ini adalah ganjaran yang paling besar, yaitu Allah Subhanahu wa Ta�ala akan menjadikan diri-Nya sendiri sebagai yang memenuhi segala kebutuhan orang yang bertawakal kepada-Nya,
  1. Allah akan memudahkan urusan-urusannya
�Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya�. (Ath-Thalaq : 4)
  1. Allah Ta�ala mengampuni dosa-dosanya
Kiranya tiada keberuntungan yang lebih besar melebihi keberuntungan seorang hamba yang diampuni dosa dan diberiny pahala. Hamba yang mendapatkan pengampunan dosa, hatinya selalu suci, jiwanya bersih, akal dan pikirannya jernih. Kesucian hati, kebersihan jiwa, serta kejernihan akal dan pikiran dapat melahirkan cara pandang yang cemerlang dan tindakan yang membawa kemanfaatan, baik kemanfaatan dunia maupun akhirat. Allah Ta�ala berfirman:
�Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu; dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akn menutupi kesalahan-kesalahannya dan akan melipatkangandakan pahala baginya.� (Ath-Thalaq: 5)
Ditutupinya kesalahan atau diampuninya dosa seseorang, menurut ayat tersebut adalah berkah dari ketaqwaannya. Dari ayat ini pula dapat kita pahami bahwa manakala aib seseorang terbuka terbuka atau tersebar, pada dasarnya adalah disebabkan dirinya yang tidak bertaqwa. Oleh karena itu, barang siapa yang menginginkan aib dirinya tertutupi, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah Ta�ala dengan sebenar-benarnya taqwa.
  1. Disempurnakan, dilipatgandakan ganjaran baginya (Ath Thalaq: 5)
Seperti apa bentuknya? Bisa dengan diberikan nikmat kubur ketika orang yang bertakwa telah meninggal dunia dan lain sebagainya.
Pemateri menyimpulkan bahwa hanya ada dua macam makna dari takwa. Yaitu; Pertama, kemampuan menjaga diri dari hal-hal yang negative atau menjaga diri dari hal-hal yang Allah murkai. Kedua, kemampuan memotivasi diri untuk berbuat yang terbaik, meningkatkan iman dan menambah amal shalih dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta�ala.
Dengan berbekal takwa inilah, akan memberikan keuntungan lahir batin baik di dunia maupun akhirat kelak. Maka dari itu, jangan takut mati, tapi takutlah jika kematian datang menghampiri sedang diri berada dalam kemaksiatan atau tidak ada persiapan.
Selanjutnya, kita diperintahkan untuk senantiasa beristighfar, mengevaluasi diri dan bertaubat serta memperbanyak amal shalih sebagai bekal kita di akhirat kelak.
Wallahu Ta�ala A�lam

http://darussalam-online.com/

Posting Komentar untuk "Jangan Pernah Takut Mati Tapi Takutlah Mati Tanpa Persiapan"