Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Di Kejar Tangan

Hay, gue Prasdika yang sebelumnya nge post cerita yang judulnya "Mimpi yang Mengajakku". Cerita yang sekarang berdasarkan pengalaman seorang teman gue, ya sebut aja namanya Fikar, dan kejadiannya itu sekitar bulan Juni 2010. Okey langsung ke cerita ya...

Pas pulang sekolah, dia (Fikar) bilang ama gue dan teman-teman kalau dia ngga ikutan nongkrong kayak biasa soalnya di suruh nyokapnya nganterin barang ke rumah tante di Dompu NTB, lumayan jauh lah kira-kira 2 jam perjalanan.

Singkatnya, setelah dia nganter barang dia balik agak malem sekitar jam 10 lewat. Jalan yang ditempuh tuh emang hampir 70% hutan, dengan tebing yang agak curam sama sawah yang luasnya naujubillah. Paling cuma ada beberapa desa-desa kecil yang dilewatin sepanjang jalan dan itu juga sepi. Sepanjang jalan juga minim penerangan, maklum lah ngga sama dengan ibukota, paling cuma bus-bus antar propinsi sama truk-truk lintas daerah yang lewat sesekali yang nerangin jalan.

Setelah ngelewatin bandara yang kurang lebih 15 Km dari kota, yang dilewatin cuma pinggir pantai dan hutan dan paling cuma ada beberapa desa pemukiman. Saat itu sekitar jam 12 malam, Fikar ngerasain seperti ada yang mengganggunya selama perjalanan. Memang setelah lewat bandara konsentrasinya agak buyar, padahal dia ngga ngantuk sama sekali.

Pas di tikungan (sebelah kiri pantai, kanan hutan) dia sontak kaget dan nabrak pembatas jalan. Dia kaget karena ada tangan yang terbang tepat di depan mukanya. Dipikir Fikar mungkin salah liat. Akhirnya si Fikar nengok ke belakang untuk memastikan kalau yang dia liat itu salah. Dan betapa kagetnya dia ternyata yang dia liat itu benar-benar sepotong tangan yang sekarang tergeletak di tengah jalan dan jarinya bergerak seolah merangkak ke arah Fikar.

Saking takutnya, Fikar langsung tancap gas ngebut ngga karuan, bahkan lobang jalan yang katanya gede banget dia ngga peduliin yang penting dia jalannya lurus dan hampir beberapa kali dia pengen jatuh dari motor karena ngga karuan. Pas masuk daerah kota emang ada jembatan gede dan deretan ruko yang semuanya sudah tutup karena waktu yang sudah tengah malam, Fikar pun berfikir karena rumahnya udah dekat diapun merasa aman dan sedikit lebih tenang.

Tapi ngga tau kenapa, setelah ngelewatin jembatan motornya mati padahal bensin masih ada setengah. Berkali-kali dia coba starter motornya tetep ngga nyala, sampe akhirnya dia denger suara jeritan perempuan yang melengking dari arah jembatan. Pas dia nengok makin pucat aja mukanya karena yang dia liat itu cewek yang mukanya ngga jelas dengan baju putih lusuh berdiri di salah satu tiang jembatan sambil melambai-lambai ke arah Fikar.

Fikar pun ninggalin motornya di tempat itu dan dia lari ketakutan. Beberapa kali Fikar terjatuh dan bangun lagi dan lanjutin larinya. Sampai di deket rumahnya dia langsung teriak minta tolong dan di denger sama remaja-remaja yang begadang di daerah rumah gue dan kebetulan kakak sepupu gue juga ikutan begadang. Akhirnya Fikar dibantu sampe kerumahnya dan motornya diambilin sama remaja tadi.

Paginya, Fikar ngga masuk sekolah dan gue bareng teman gue yang lain nengok ke rumah Fikar karena sebelumnya kami udah denger kabar yang dialamin Fikar semalam. Sampai di rumahnya dia cerita ke gue dan teman-teman yang lain dengan tampang yang masih sedikit shock dan masih keliatan tampang takutnya.

Setelah kejadian tingkah lakunya berubah sekitar sebulanan, yang tadinya suka ngelawak malah jadi agak pendiem dan jarang nongkrong. Yah mungkin dia masih kepikiran sama kejadian yang dia alamin.