Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Psikologi Suami � Istri

Semua orang pasti setuju bila dikatakan bahwa laki-laki dan
perempuan memiliki kondisi psikologis yang berbeda. Kondisi
psikologis yang secara aktif sangat berpengaruh pada cara
memahami, berbuat, dan merespon sesuatu. Perbedaan
tersebut membuat masing-masing menjadi jelas dan sepertinya
tidak akan mungkin bisa bersandar pada dunia yang sama, cara
berfikir yang sama. Inilah kodrat manusia. Agar tak salah dalam
menafsirkan cara berpikir, maka adalah baiknya mengetahui
bagaimana perbedaan ini? Dengan mengetahui dasar-dasar
perbedaan ini, diharapkan tidak ada lagi rasa curiga.
Selain perbedaan yang mencolok secara fisik, tentu banyak
perbedaan lainnya secara lahiriah. Begitu halnya dalam hal
cara berfikir. Cara berfikir lelaki terkonsentrasi (terpusat) pada
kebutuhannya saja dan hanya memperhatikan dirinya saja.
Sebaliknya pada wanita, akan lebih mudah memperhatikan
sekelilingnya melebihi perhatian pada dirinya sendiri. Ia akan
menngorbankan dirinya sendiri dan tidak merasakan hal
tersebut.
Perbedaan cara berpikir ini yang mendasari sikap tidak saling
memahami jalan pemikiran. Lelaki tidak bisa berfikir dan
menyikapi sesuatu seperti yang dilakukan perempuan. Begitu
juga sebaliknya. Jika masing-masing pihak memaksakan cara
berpikirnya, tentu saja fatal akibatnya. Timbullah rasa frustasi,
ketegangan yang diwarnai pertengkaran, kebencian yang dapat
menimbulkan keretakan dalam rumah tangga.
Lalu, apa saja perbedaan itu?
Cara Berpikir
Otak lelaki dan perempuan berbeda, begitu pula dalam
penggunaannya. Para lelaki akan sulit sekali merubah fikirannya
dalam waktu sekejab. Lain hal dengan wanita.
Jika seorang lelaki dalam konsentrasi penuh melakukan suatu
hal, maka akan sulit baginya untuk membagi konsentrasi pada
hal lainnya.
Jika seorang lelaki dalam konsentrasi penuh melakukan suatu
hal, maka akan sulit baginya untuk membagi konsentrasi pada
hal lainnya. Misalnya, seorang suami sedang asik membaca. Si
istri datang dengan maksud ingin menciptakan suasana hangat.
Namun yang terjadi pada suami adalah si istri mengganggu
konsentrasinya. Hal umum terjadi adalah, suami dan istri sama-
sama menjadi jengkel karena tak terpenuhi keinginannya.
Hal yang harus dilakukan istri adalah, tanyakan pada suami
apakah dia ingin berbincang-bincang padanya. Jika suami
mengatakan kesanggupannya tapi dia tidak melepaskan
matanya dari bacaannya. Lebih baik tak usah dilanjutkan lagi
perbincangan karena sudah pasti suami tidak akan dapat
berkonsentrasi dengan dua macam perbuatan. Lebih baik cari
lagi waktu luang lainnya. Dan hal ini tidak berarti dia tidak
mencintai dan perduli pada istrinya. Hal ini hanyalah karena
tabiat dasar seorang lelaki.
Interaksi dengan dunia luar bagi lelaki adalah pergulatan
dengan dunia luar. Pergulatan yang membutuhkan enerji besar
dan keharusan untuk memenangkannya. Ia harus selalu menjadi
orang yang berada di urutan teratas. Tentu saja interaksi ini
berbeda jauh pada kaum perempuan yang penuh dengan kasih
sayang, dunia penuh cinta, dan hubungan sosial.
Cara berfikir terhadap dunia luarpun menjadi sangat berbeda.
Dimana lelaki berfikir secara sentratif (memusat) akan
mengaitkan satu hal dengan hal lainnya kemudian secara
bertahap membentuk sebuah gambaran yang dapat ia mengerti.
Sedangkan perempuan memiliki sifat ekspansif (meluas) dimana
pada tahap awalnya ia akan mencoba menjelajah segala aspek
yang terkait dengan objek kemudian mengkaitkan bagian-bagian
tersebut.
Contoh sederhana adalah saat berbelanja. Bagi lelaki dimana
cara berfikirnya terkonsentrasi adalah langsung membeli barang
yang dibutuhkannya dan mengabaikan lainnya. Berbeda dengan
perempuan yang bersifat ekspansif. Perempuan membutuhkan
waktu untuk menjelajah sambil menyebarkan sifat
penyayangnya. Tentu hal yang melelahkan bagi lelaki bila ia
dipaksakan harus melakukan hal yang sama seperti kaum
perempuan.
Bagi lelaki, berfikir adalah diam namun bagi perempuan berfikir
sambil berbicara agar mendapatkan kejernihan dalam berfikir.
Kontradiktif.
Perbedaan lainnya terletak pada cara berfikir dalam
menyelesaikan masalah. Bagi lelaki, berfikir adalah diam
namun bagi perempuan berfikir sambil berbicara agar
mendapatkan kejernihan dalam berfikir. Kontradiktif. Tabiat
pokok para lelaki adalah perhatian pada sesuatu yang di luar.
Sehingga ketika ia mengalami kesukaran maka ia akan menarik
diri dan mulai berfikir secara diam. Ia berusaha memecahkan
permasalahan yang dialami. Demikianlah cara lelaki bersikap
agar telepas dari kesukaran dan kelelahan.
Lelaki yang merasa lelah akan berusaha mencari kelegaan
dengan berusaha mendapatkan tempat yang cukup tenang, jauh
dari kebisingan. Dan secara umum berusaha menghindarkan
diri untuk tenggelam pada perdebatan dalam bentuk apapun. Ia
tidak ingin berbicara, baik pada permasalahan yang dihadapi
maupun tema lainnya. Yang diinginkan lelaki pada waktu itu
hanyalah ketenangan. Dan rumah adalah tempat mendapatkan
ketenangan itu.
Di antara naluri khas lelaki adalah apabila ia konsentrasi untuk
membahagiakan perempuan maka ketika itu semua pikiran dan
usahanya terpusat untuk mewujudkannya. Bila ia merasa
perempuan telah merasa bahagia, maka lelaki akan berusaha
mengubah pikirannya pada hal baru secara tidak sengaja. Ia
mulai konsentrasi pada hal lain, seperti permasalahan dalam
pekerjaan. Sehingga otaknya sibuk, pemikirannya tertumpah
pada hal tersebut, sehingga masalah baru itu menjadi sangat
menyibukkan dia. Seakan-akan ia telah mengabaikan istrinya
yang ia cintai.
Seni Berkomunikasi
Sudah umum dikatakan bahwa perempuan adalah makhluk
cerewet yang banyak omong. Sebenarnya pendapat itu tidak
salah dan juga tidak sepenuhnya benar. Kaum lelaki juga
sangat suka berbicara. Kaum lelaki banyak berbicara saat di
luar rumah, saat ia berjuang dan berkorban untuk mendapatkan
kebutuhannya. Saat di rumah ia menjadi pendiam karena
baginya rumah bukan tempat untuk berjuang. Rumah adalah
tempat untuk beristirahat, mengistirahatkan otaknya. Berbeda
dengan kaum perempuan yang merasa rumah adalah tempat
yang tepat untuk berbicara terutama dengan suaminya. Lagi-
lagi, keadaan yang sangat jauh berbeda. Lalu bagaimana
mengatasinya?
Tentu saja harus melihat kondisi dan situasi. Lelaki yang
sedang memiliki masalah di kantor akan terus membawa
masalahnya itu sampai ke rumah. Ketika suami sedang dalam
kondisi letih dan mempunyai masalah, maka perempuan harus
memahami hal itu bahwa suami sedang lelah, butuh istirahat,
dan ketenangan. Kewajiban perempuan adalah memenuhi hal
tersebut. Jika tidak, akibatnya akan buruk. Jika suami telah
menemukan pemecahan masalahnya, letihnya telah habis,
maka ia akan terlihat gembira. Pikirannya menjadi baik kembali.
Mukanya menampakkan senyuman yang lebar. Siap diajak
untuk berkomunikasi.
Dalam dunia lelaki, ada dua sebab mengapa ia mau berbicara
tentang masalahnya:
1. Ingin berembug dan mencari jalan keluar
2. Ingin membebaskan diri dari tanggung jawab dan kesalah
tersebut.
Dalam benak lelaki, saat perempuan mengatakan keluhannya,
dua hal tersebutlah yang menjadi alasannya. Jikalah istrinya
mengeluh, maka secara otomatis, lelaki yang menganggap
dirinya sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab
penuh kepada istrinya akan memberikan jalan keluarnya. Namun
lelaki tidak mengetahui bahwa istrinya membutuhkan
perbincangan kasih sayang bukan membutuhkan nasehat-
nasehat dan jalan keluar. Baik, jika ternyata lelaki itu mampu
mengerti akan kebutuhan bercakap-cakap ini dalam diri istrinya
sehingga konflik tidak ada.
Di sinilah harus ada trik-trik dalam menyampaikan keluhan
permasalahan.
Hal lain yang menjadi permasalahan adalah jika lelaki
menangkap pesan bahwa keluhan yang disampaikan istrinya
adalah salah satu tindakan pembebasan diri si istri dari
tanggung jawab. Dengan kata lain, bahwa lelaki merasa bahwa
istrinya telah menganggapnya lalai. Ketika inilah lelaki akan
mengeluarkan senjatanya untuk membela diri. Di sinilah harus
ada trik-trik dalam menyampaikan keluhan permasalahan.
Di lain sisi, kaum perempuan menyukai memberikan
pertolongan dan bantuan kepada sesama. Keadaan berbeda
pada kaum lelaki. Perbedaan memang selalu ada selayaknya
tulang rusuk yang bengkok bagi kaum lelaki, selalu
berseberangan sifatnya. Tujuan memberikan bantuan bagi kaum
perempuan adalah untuk membuat dia merasa dicintai.
Sementara dalam dunia kaum lelaki, memberikan bantuan
sukarela dianggap sesuatu yang tak dapat diterima. Kadang
ditafsirkan sebagai penghinaan atas sebuah ketidakmampuan.
Karena itulah, seorang istri yang baik akan membiarkan
suaminya berkerja dan percaya penuh padanya. Biarkanlah ia,
turutilah, dan jangan mencampur aduk. Jangan berusaha
memperbaiki kecuali apabila ia tidak bekerja dan berhenti dari
pekerjaannya.
Secara umum, bila perempuan ingin memberikan bantuan
kepada suaminya atau memberikan nasehat kepadanya. Murni
keinginannya dengan tujuan untuk kebaikan si suami, sebagai
wujud rasa cinta tanpa diminta suami. Sikap ini akan terasa
menyakitkan bagi suami. Bagi suami, tindakan ini sebagai sikap
dari rasa ketidakpercayaan istri padanya. Ada baiknya
dilakukan dengan sikap yang tidak menggurui atau dengan cara
tidak langsung.
(Sumber:as-sakinah)
(Image:google)

Posting Komentar untuk "Psikologi Suami � Istri"